Pengertian Manajemen (Definition of Management)
Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno
ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum
memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Kata manajemen
mungkin berasal dari bahasa Italia (1561) maneggiare yang berarti “mengendalikan,” terutamanya
“mengendalikan kuda” yang berasal dari bahasa latinmanus yang berati “tangan”. Kata ini mendapat
pengaruh dari bahasa Perancis manège yang berarti “kepemilikan kuda” (yang berasal dari Bahasa
Inggris yang berarti seni mengendalikan kuda), dimana istilah Inggris ini juga
berasal dari bahasa Italia. Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa
Inggris menjadi ménagement,
yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur.
Definisi Manajemen menurut Para Ahli
1.
Menurut Dr. SP. SIAGIAN dalam buku “FILSAFAT ADMINISTRASI”
MANAGEMENT DAPAT
DIDEFINISIKAN SEBAGAI “KEMAMPUAN ATAU KETERAMPILAN UNTUK MEMPEROLEH SUATU HASIL DALAM
RANGKA PENCAPAIAN TUJUAN MELALUI ORANG LAIN”.
DENGAN DEMIKIAN DAPAT PULA DIKATAKAN BAHWA
MANAGEMENT MERUPAKAN INTI DARIPADA ADMINISTRASI KARENA MEMANG MANAGEMENT MERUPAKAN
ALAT PELAKSANA UTAMA DARIPADA ADMINSITRASI”
2. Menurut Prof. Dr. H. ARIFIN ABDULRACHMAN dalam buku “KERANGKA POKOK-POKOK
MANAGEMENT” DAPAT DIARTIKAN :
a.
KEGIATAN-KEGIATAN/AKTIVITAS-AKTIVITAS;
b. PROSES, YAKNI
KEGIATAN DALAM RENTETAN URUTAN-URUTAN;
c. INSITUT/ ORANG –
ORANG YANG MELAKUKAN KEGIATAN ATAU PROSES KEGIATAN
2.
Menurut ORDWAY TEAD yang disadur oleh DRS. HE. ROSYIDI dalam
buku “ORGANISASI DAN MANAGEMENT“, definisi Manajemen adalah “PROSES DAN KEGIATAN
PELAKSANAAN USAHA MEMIMPIN DAN MENUNJUKAN ARAH PENYELENGGARAAN TUGAS SUATU
ORGANISASI DI DALAM MEWUJUDKAN TUJUAN YANG TELAH DITETAPKAN “.
4.
Menurut “Marry Parker Follet” :
“MANAJEMEN SEBAGAI SENI DALAM MENYELESAIKAN
PEKERJAAN MELALUI ORANG LAIN”.
5.
Menurut James A.F. Stonner :
“MANAJEMEN ADALAH PROSES PERENCANAAN,
PENGORGANISASIAN, PENGARAHAN DANPENGAWASAN USAHA-USAHA PARA ANGGOTA ORGANISASI
DAN PENGGUNAAN SUMBER-SUMBER DAYA ORGANISASI LAINNYA AGAR MENCAPAI TUJUAN
ORGANISASI YANG DITETAPKAN”.
Manajemen
sebagai suatu seni (Art) dan sebagai suatu ilmu pengetahuan (Science)
manajemen
adalah seni (Art) atau suatu ilmu
pnegetahuan. Mengenai inipun sesungguhnya belum ada keseragaman pendapat,
segolongan mengatakan bahwa manajemen adalah seni dan segolongan yang lain
mengatakan bahwa manajemen adalah ilmu. Sesungguhnya kedua pendapat itu sama
mengandung kebenarannya.
TINGKATAN MANAJEMEN
1.
HIGH LEVEL (tingkat tinggi)
Contoh halnya dirut dan wakilnya. Bertanggung
jawab pengolahan terhadap organisasi secara keseluruhan. Membuat rencana jangka
panjang, merumuskan strategi, menetapkan kebijaksanaan, dan menetapkan
interaksi / hubungan organisasi dengan lingkungan luar. Tingkatan yang
mempunyai tanggung-jawab penuh terhadap jalannya perusahaan. Dan biasanya pada
tingkatan ini membuat keputusan yang tidak terprogram, yaitu keputusan yang
tidak selalu terjadi.
2.
MIDDEL LEVEL (tingkat menengah)
Salah satu contohnya seperti kepala bagian /
divisi. Pengendali manajemen dalam suatu organisasi. Bertanggung-jawab atas
ruang lingkupnya, wilayah, divisi dll. Merumuskan rencana jangka menengah,
melakukan pengendalian, membuat prosedur, dan membuat keputusan berdasarkan
lingkup tanggung-jawabnya. Sebagai pengendali dalam arti mengawasi dan meyakini
bahwa organisasi menjalankan strategic yang sudah ditetapkan secara baik,
efektif dan se’efisien mungkin.
3.
LOW LEVEL (tingkat bawah)
Seperti supervisor atau mandor. Yaitu pengendali
dalam jalannya operasional. Bertanggung jawab atas pelaksanaan dan sasaran
operasional. Membuat keputusan jangka pendek dan mengendalikan transaksi
sehari-hari. Biasanya keputusan yang diambil yaitu keputusan yang terprogram,
keputusan yang sering terjadi dan rutin.
Fungi – Fungsi Management adalah :
Perencanaan (Planning)
Kegiatan seorang manajer
adalah menyusun rencana. Menyusun rencana berarti memikirkan apa yang akan
dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Agar dapat membuat rencana secara
teratur dan logis, sebelumnya harus ada keputusan terlebih dahulu sebagai
petunjuk langkah-langkah selanjutnya.
Pengorganisian (Organizing)
Pengorganisasian atau
organizing berarti menciptakan suatu struktur dengan bagian-bagian yang
terintegrasi sedemikian rupa sehingga hubungan antarbagian-bagian satu sama
lain dipengaruhi oleh hubungan mereka dengan keseluruhan struktur tersebut.
Pengorganisasian
bertujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil.
Selain itu, mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang
yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut.
Menggerakkan (Actuating)
Menggerakkan atau
Actuating adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok
berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan
usaha-usaha organisasi. Jadi actuating artinya adalah menggerakkan orang-orang
agar mau bekerja dengan sendirinya atau penuh kesadaran secara bersama-sama
untuk mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini yang
dibutuhkan adalah kepemimpinan (leadership).
Pengawasan (Controling)
Pengawasan merupakan
tindakan seorang manajer untuk menilai dan mengendalikan jalannya suatu
kegiatan yang mengarah demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
Keterampilan Manajer
Gambar ini menunjukan
keterampilan yang dibutuhkan manajer pada setiap tingkatannya.
Robert L. Katz pada tahun 1970-an mengemukakan bahwa setiap manajer
membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar.
Ketiga keterampilan
tersebut adalah:
1.
Keterampilan konseptual (conceptional skill)
Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan atau planning. Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga meruipakan keterampilan untuk membuatrencana kerja.
Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan atau planning. Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga meruipakan keterampilan untuk membuatrencana kerja.
2.
Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill)
Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas, menengah, maupun bawah.
Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas, menengah, maupun bawah.
3.
Keterampilan teknis (technical skill)
Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain.
Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain.
Selain tiga keterampilan
dasar di atas, Ricky W. Griffin menambahkan dua keterampilan dasar yang
perlu dimiliki manajer, yaitu:
1. Keterampilan manajemen
waktu
Merupakan keterampilan yang merujuk pada
kemampuan seorang manajer untuk menggunakan waktu yang dimilikinya secara
bijaksana. Griffin mengajukan contoh kasus Lew Frankfort dari Coach. Pada tahun
2004, sebagai manajer, Frankfort digaji $2.000.000 per tahun. Jika diasumsikan
bahwa ia bekerja selama 50 jam per minggu dengan waktu cuti 2 minggu, maka gaji
Frankfort setiap jamnya adalah $800 per jam—sekitar $13 per menit. Dari sana
dapat kita lihat bahwa setiap menit yang terbuang akan sangat merugikan
perusahaan. Kebanyakan manajer, tentu saja, memiliki gaji yang jauh lebih kecil
dari Frankfort. Namun demikian, waktu yang mereka miliki tetap merupakan aset
berharga, dan menyianyiakannya berarti membuang-buang uang dan mengurangi
produktivitas perusahaan.
2. Keterampilan membuat
keputusan
Merupakan kemampuan untuk mendefinisikan masalah
dan menentukan cara terbaik dalam memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan
adalah yang paling utama bagi seorang manajer, terutama bagi kelompok manajer
atas (top manager).
Griffin mengajukan tiga langkah dalam pembuatan keputusan. Pertama, seorang
manajer harus mendefinisikan masalah dan mencari berbagai alternatif yang dapat
diambil untuk menyelesaikannya. Kedua, manajer harus mengevaluasi setiap
alternatif yang ada dan memilih sebuah alternatif yang dianggap paling baik.
Dan terakhir, manajer harus mengimplementasikan alternatif yang telah ia pilih
serta mengawasi dan mengevaluasinya agar tetap berada di jalur yang benar.
TEORI EVOLUSI MANAJEMEN
Perkembangan teori manajemen pada saat ini telah berkembang
dengan pesat. Tapi sampai detik ini pula Belum ada suatu teori yang bersifat
umum ataupun berupa kumpulan-kumpulan hukum bagi manajemen yang dapat
diterapkan dalam berbagai situasi dan kondisi. Para manajemen banyak mengalami
dan menjumpai pandangan-pandangan berbeda tentang manajemen, yang berbeda
adalah dalam penerapannya. Dimana setiap pandangan hanya dapat diterapkan dalam
berbagai masalah yang berbeda pula, sedangkan untuk masalah-masalah yang sama
belum tentu dapat diterapkan.
Ada tiga teori pemikiran
manajemen yaitu :
1.
Teori manajemen klasik
Ilmu manajemen muncul setelah negara-negara
Eropa Barat dan Amerika dilanda revolusi industri, yang terjadi sekitar awal
abad ke-20 yaitu mulai ditinggalkannya prinsip-prinsip lama yang sudah tidak
efektif dan efisien lagi. Ada dua tokoh yang mengawali munculnya manajemen,
yaitu :
a.
Robert Owen ( 1971 – 1858 )
Dimulai pada tahun 1800-an sebagai manager
pabrik permintalan kapas di New Lanark, Scotlandia. Robert Owen
mencurahkan perhatiaannya pada penggunaan faktor produksi produksi tenaga
kerja. Dari hasil pengamatannya disimpulkan bahwa bilamana terhadap mesin
diadakan suatu perawatan yang baik akan memberikan keuntungan kepada
perusahaan, demikian pula apabila tenaga kerja dipelihara dan dirawat (dalam
arti adanya perhatian baik kompensasi, kesehatan, tunjangan dan lain
sebagainya) oleh pimpinan perusahaan akan memberikan keuntungan pada
perusahaan. Selanjutnya dikatakan bahwa kuantitas dan kualitas hasil pekerjaan
dipengaruhi oleh situasi ekstern dan intern dari pekerjaan. Atas hasil penelitiannya
Robert Owen dikenal sebagai Bapak Manajemen Personalia.
b. Charles Babbage
(1792-1871)
Charles Babbage adalah seorang Profesor
Matemátika dari Inggris yang menaruh perhatian dan minat pada bidang manajemen.
Perhatiannya diarahkan dalam hal pembagian kerja (devision of labour), yang
mempunyai beberapa keunggulan, yaitu:
· Waktu yang diperlukan untuk belajar dari
pengalaman-pengalaman yang baru.
· Banyaknya waktu yang terbuang bila seseorang
berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaanlain, dan orang tersebut harus
menyesuaikan kembali pada pekerjaan barunya sehingga akan menghambat kemajuan
dan keterampilan pekerja, untuk itu diperlukan spesialisasi dalam pekerjaannya.
· Kecakapan dan keahlian seseorang bertambah
karena seorang pekerja bekerja terus menerus dalam tugasnya.
· Adanya perhatian pada pekerjaannya sehingga
dapat meresapi alat-alatnya karena perhatiannya pada itu-itu saja.
Teori hubungan modern ( ilmu pengetahuan ) / Teori perilaku
Dalam pengembangannya
dibagi menjadi dua, pertama aliran hubungan manusiawi
(perilaku organisasi)
dan kedua berdasar pada manajemen ilmiah atau manajemen operasi.
Tokoh aliran perilaku
organisasi yaitu :
·
Douglas McGregor yang terkenal dengan teori X dan teori Y.
·
Frederick Herzberg terkenal dengan teori motivasi higenis atau teori dua
factor.
·
Chris Argiris mengatakan
bahwa organisasi sebagai sistem sosial atau sistem antar hubungan budaya.
·
Edgar Schein dinamika kelompok dalam organisasi.
·
Abhraham Maslow mengemukakan tentang hirarki kebutuhan
tentang perilaku manusia dan dinamika proses.
·
Robert Blak dan Jane mounton mengemukakan lima gaya kepemimpinan dengan
kisi-kisi manajerial ( managerial grid ).
·
Rensislikert mengemukakan
empat sistem manajemen dari sistem
1. explotatif,
otoritatif sampai sistem
2. partisiatif kelompok.
·
Fred Feidler menerapkan
pendekatan contingency pada studi kepemimpinan.
Sumbangan Aliran Perilaku Organisasi
Sumbangan aliran ini
terlihat dalam peningkatan pemahaman terhadap motivasi perseorangan, perilaku
kelompok, hubungan antara pribadi dalam kerja dan pentingnya kerja bagi
manusia. Semua hal ini telah membuat para manajer semakin peka dan terampil
dalam menangani dan berhubungan dengan bawahannya.
Keterbatasan Aliran Perilaku Organisasi
Meskipun demikian,
banyak ahli berpendapat potensi teori ini belum dikembangkan lebih lanjut.
Selain itu juga banyak kritikan terhadap aliran ini, karena disamping terlalu
umum, terlalu abstrak dan ruwet/rumit. Rekomendasi mereka sering berbeda satu
ahli dengan ahli lainnya, sehingga manajer mengalami kesulitan menentukan
pendapat yang paling baik.
Teori Aliran Kuantitatif (Riset Operasi dan Manajemen Sains)
Aliran kuantitatif mulai
berkembang sejak Perang Dunia II. Pada waktu itu Inggris ingin memecahkan
beberapa persoalan yang sangat kompleks dalam perang. Inggris kemudian
membentuk Tim Riset Operasi (Reserch Operation), dipimpin oleh P.M.S Blackett. Tim ini terdiri
dari ahli matematika, fisika, dan ilmuwan lainnya. Inggris berhasil menemukan
terobosan-terobosan penting dari team tersebut. Amerika Serikat kemudian
meniru, membentuk tim riset operasi seperti yang dibentuk Inggris.
Manajemen operasi
merupakan variasi lain dari pendekatan kuantitatif. Beberapa contoh model
manajemen operasi adalah : pengendalian persediaan seperti EOQ (Economic Order Quantity), simulasi, analisis break-event, programasi lenier (linear programming).
Sumbangan Aliran Kuantitatif (Riset Operasi/Manajemen Sains)
Pendekatan kuantitatif
memberikan sumbangan penting terutama dalam perencanaan dan pengendalian.
Pendekatan tersebut juga membantu memahami persoalan manajemen yang kompleks.
Dengan menggunakan model matematika, persoalan yang kompleks dapat
disederhanakan.
Keterbatasan Aliran Kuantitatif (Riset Operasi/Manajemen Sains)
Sayangnya model kuantitatif
banyak menggunakan model atau simbol yang sulit dimengerti oleh kebanyakan
orang, termasuk manajer. Pendekatan kuantitatif juga tidak melihat persoalan
perilaku dan psikologi manusia dalam organisasi. Meskipun demikian potensi
model kuantitatif belum dikembangkan sepenuhnya. Apabila dapat dikembangkan
lebih lanjut pendekatan kuantitatif akan memberikan sumbangan yang lebih
berarti.
MANAJEMEN DAN LINGKUNGAN EKSTERNAL
Manajemen lingkungan
adalah aspek-aspek dari keseluruhan manajemen (termasuk perencanaan) yang
menentukan dan membawa pada implementasi kebijakan lingkungan. Manajemen
lingkungan selama ini sebelum adanya ISO 14001 berada dalam kondisi
terpecah-pecah dan tidak memiliki stándar tertentu dari satu daerah dengan
daerah lain, dan secara internasional berbeda penerapannya antara negara satu
dengan lainnya. Praktek manajemen lingkungan yang dilakukan secara sistematis,
prosedural, dan dapat diulang disebut dengan Sistem Manajemen Lingkungan (EMS) Manajemen lingkungan saat ini telah banyak
mengalami perubahan yang cukup berarti terutama dimulai Sejak awal tahun 1990.
Penelitian mengenai efek dan akibat penerapan manajemen lingkungan telah banyak
dilakukan terutama Sejak munculnya ISO 14001 di tahun 1996. Penerapan manajemen
lingkungan yang baik di tingkat organisasi pada umumnya dibagi menjadi 3 elemen
:
1. Perlindungan lingkungan secara fisik.
2. Membentuk budaya berkelanjutan dalam organisasi
3. Menanamkan nilai-nilai moral dan saling
kepercayaan antar elemen organisasi.
DEFINISI LINGKUNGAN
Lingkungan menurut
definisi umum yaitu segala sesuatu disekitar subjek manusia yang terkait dengan
aktifitasnya. Elemen lingkungan adalah hal-hal yang terkait dengan : tanah,
udara, air, sumber daya alam, flora, fauna, manusia, dan hubungan antar
faktor-faktor tersebut. Titik sentral isu lingkungan adalah manusia. Jadi
manajemen lingkungan bisa diartikan sekumpulan aktifitas merencanakan, dan
menggerakkan sumber daya manusia dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan
kebijakan lingkungan yang telah ditetapkan.
Dalam pembahasan
manajemen tidak lepas pada masalah lingkungan yang dihadapi oleh seorang
manager. Perbedaan dan kondisi lingkungan akan berpengaruh terhadap konsep dan
teknik serta keputusan yang akan diambil. Ada dua macam faktor lingkungan, yaitu :
1. Faktor Lingkungan
Internal yaitu lingkungan
yang ada didalam usahanya saja.
2. Faktor Lingkungan
Eksternal yaitu unsur-unsur
yang berada diluar organisasi, dimana unsure-unsur ini tidak dapat dikendalikan
dan diketahui terlebih dahulu oleh manager, disamping itu juga akan
mempengaruhi manager didalam pengambilan keputusan yang akan dibuat.
Unsur-unsur lingkungan eksternal organisasi contohnya yaitu perubahan ekonomi,
paraturan pemerintah, perilaku konsumen, perkembangan teknologi, politik dan
lainnya. Lingkungan eksternal dibagi menjadi dua yaitu :
a. Lingkungan eksternal
mikro yaitu lingkungan
yang mempunyai pengaruh langsung terhadap kegiatan manajemen yang terdiri atas
penyedia, langganan, para pesaing, lembaga perbankan dan lainnya.
b. Lingkungan eksternal
makro yaitu lingkungan
yang mempunyai pengaruh tidak langsung, seperti kondisi perekonomian, perubahan
teknologi, politik, sosial dan lain sebagainya.
TANGGUNG JAWAB SOSIAL MANAJER / PERUSAHAAN
Tanggung jawab Sosial
Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (selanjutnya dalam artikel akan disingkat CSR) adalah suatu konsep bahwa organisasi,
khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab
terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam
segala aspek operasional perusahaan.
CSR berhubungan erat dengan “pembangunan berkelanjutan”, di
mana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya
harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan,
misalnya keuntungan atau deviden melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi
sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang
Analisis dan pengembangan
Hari ini yang menjadi
perhatian terbesar dari peran perusahaan dalam masyarakat telah ditingkatkan
yaitu dengan peningkatan kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan dan
masalah etika. Masalah seperti perusakan lingkungan, perlakuan tidak layak terhadap
karyawan, dan cacat produksi yang mengakibatkan ketidak nyamanan ataupun bahaya
bagi konsumen adalah menjadi berita utama surat kabar. Peraturan pemerintah
pada beberapa negara mengenai lingkungan hidup dan permasalahan sosial semakin
tegas, juga standar dan hukum seringkali dibuat hingga melampaui batas
kewenangan negara pembuat peraturan (misalnya peraturan yang dibuat oleh Uni
Eropa. Beberapa investor dan perusahaan manajemen investasi telah mulai
memperhatikan kebijakan CSR dari suatu perusahaan dalam membuat keputusan
investasi mereka, sebuah praktek yang dikenal sebagai “Investasi bertanggung
jawab sosial” (socially responsable investing).
Banyak pendukung CSR
yang memisahkan CSR dari sumbangan sosial dan “perbuatan baik” (atau
kedermawanan seperti misalnya yang dilakukan oleh Habitat for Humanity atau
Ronald McDonald House), namun sesungguhnya sumbangan sosial merupakan bagian
kecil saja dari CSR. Perusahaan di masa lampau seringkali mengeluarkan uang
untuk proyek-proyek komunitas, pemberian beasiswa dan pendirian yayasan sosial.
Mereka juga seringkali menganjurkan dan mendorong para pekerjanya untuk
sukarelawan (volunteer) dalam mengambil bagian
pada proyek komunitas sehingga menciptakan suatu itikad baik dimata komunitas
tersebut yang secara langsung akan meningkatkan reputasi perusahaan serta
memperkuat merek perusahaan. Dengan diterimanya
konsep CSR, terutama triple bottom line, perusahaan mendapatkan kerangka baru
dalam menempatkan berbagai kegiatan sosial diatas.
Kepedulian kepada masyarakat
sekitar/relasi komunitas dapat diartikan sangat luas, namun secara singkat
dapat dimengerti sebagai peningkatan partisipasi dan posisi organisasi di dalam
sebuah komunitas melalui berbagai upaya kemaslahatan bersama bagi organisasi
dan komunitas. CSR adalah bukan hanya sekedar kegiatan amal, di mana CSR
mengharuskan suatu perusahaan dalam pengambilan keputusannya agar dengan sungguh-sungguh memperhitungkan akibat terhadap
seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) perusahaan, termasuk lingkungan hidup.
Hal ini mengharuskan perusahaan untuk membuat keseimbangan antara kepentingan
beragam pemangku kepentingan eksternal dengan kepentingan pemegang saham, yang
merupakan salah satu pemangku kepentingan internal.
Dunia bisnis selama
setengah abad terakhir, telah menjelma menjadi institusi paling berkuasa diatas
planet ini. Institusi yang dominan di masyarakat manapun harus mengambil
tanggung jawab untuk kepentingan bersama setiap keputusan yang dibuat, setiap
tindakan yang diambil haruslah dilihat dalam kerangka tanggung jawab tersebut.
Sebuah definisi yang
luas oleh World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) yaitu
suatu asosiasi global yang terdiri dari sekitar 200 perusahaan yang secara
khusus bergerak dibidang “pembangunan berkelanjutan” (sustainable development)
yang menyatakan bahwa:
” CSR adalah merupakan
suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak etis dan
memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari komunitas setempat
ataupun masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup pekerjanya
beserta seluruh keluarganya”.
Pelaporan dan pemeriksaan
Untuk menunjukkan bahwa
perusahaan adalah warga dunia bisnis yang baik maka perusahaan dapat membuat
pelaporan atas dilaksanakannya beberapa standar CSR termasuk dalam hal:
·
Akuntabilitas atas
standar AA1000 berdasarkan laporan sesuai standar John Elkington yaitu laporan
yang menggunakan dasar triple bottom line (3BL).
·
Global Reporting
Initiative, yang mungkin merupakan acuan laporan berkelanjutan yang paling
banyak digunakan sebagai standar saat ini.
·
Verite, acuan pemantauan
·
Laporan berdasarkan
standar akuntabilitas sosial internasional SA8000.
·
Standar manajemen
lingkungan berdasarkan ISO 14000
Di beberapa negara
dibutuhkan laporan pelaksanaan CSR, walaupun sulit diperoleh kesepakatan atas
ukuran yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan dalam aspek sosial.
Sementara aspek lingkungan apalagi aspek ekonomi
memang jauh lebih mudah diukur. Banyak perusahaan sekarang menggunakan audit
eksternal guna memastikan kebenaran laporan tahunan perseroan yang mencakup
kontribusi perusahaan dalam pembangunan berkelanjutan, biasanya diberi nama
laporan CSR atau laporan keberlanjutan. Akan tetapi laporan tersebut sangat
luas formatnya, gayanya dan metodologi evaluasi yang digunakan (walaupun dalam
suatu industri yang sejenis). Banyak kritik mengatakan bahwa laporan ini
hanyalah sekedar “pemanis bibir” (suatu basa-basi), misalnya saja pada kasus
laporan tahunan CSR dari perusahaan Enron dan juga perusahaan-perusahaan rokok.
Namun, dengan semakin berkembangnya konsep CSR dan metode verifikasi
laporannya, kecenderungan yang sekarang terjadi adalah peningkatan kebenaran
isi laporan. Bagaimanapun, laporan CSR atau laporan keberlanjutan merupakan
upaya untuk meningkatkan akuntabilitas perusahaan di mata para pemangku
kepentingannya.
Kasus bisnis dari CSR
Skala dan sifat
keuntungan dari CSR untuk suatu organisasi dapat berbeda-beda tergantung dari
sifat perusahaan tersebut dan amat sulit untuk mengukurnya walaupun banyak
sekali literatur yang memuat tentang cara mengukur seperti misalnya metode “Empat belas poin balanced
scorecard oleh Deming. Orlizty, Schmidt, dan Rynes menemukan suatu korelasi
antara sosial / performa lingkungan hidup dan performa keuangan. Namun bisnis
nampaknya tidak menguntungkan apabila diharuskan melaksanakan strategi CSR.
Hasil Survey “The
Millenium Poll on CSR” (1999) yang dilakukan oleh Environics International
(Toronto), Conference Board (New York) dan Prince of Wales Business Leader Forum
(London) diantara 25.000 responden di 23 negara menunjukkan bahwa dalam
membentuk opini tentang perusahaan, 60% mengatakan bahwa etika bisnis, praktek
terhadap karyawan, dampak terhadap lingkungan, tanggungjawab sosial perusahaan
(CSR) akan paling berperan, sedangkan bagi 40% citra perusahaan & brand
image yang akan paling mempengaruhi kesan mereka. Hanya 1/3 yang mendasari
opininya atas faktor-faktor bisnis fundamental seperti faktor finansial, ukuran
perusahaan, strategi perusahaan, atau manajemen.
Lebih lanjut, sikap
konsumen terhadap perusahaan yang dinilai tidak melakukan CSR adalah ingin
“menghukum” (40%) dan 50% tidak akan membeli produk dari perusahaan yang
bersangkutan dan/atau bicara kepada orang lain tentang kekurangan perusahaan
tersebut.
Kasus bisnis pada CSR
diantara perusahaan-perusahaan biasanya berkisar satu ataupun lebih dari
argumentasi dibawah ini :
Sumber
daya manusia
Program CSR dapat
dilihat sebagai suatu pertolongan dalam bentuk rekrutmen tenaga kerja dan
memperkerjakan masyarakat sekitar, terutama sekali dengan adanya persaingan
kerja diantara para lulusan sekolah. Akan terjadi peningkatan kemungkinan untuk
ditanyakannya kebijakan CSR perusahaan pada rekrutmen tenaga kerja yang
berpotesi maka dengan memiliki suatu kebijakan komprehensif akan menjadi suatu
nilai tambah perusahaan. CSR dapat juga digunakan untuk membentuk suatu
atmosfir kerja yang nyaman diantara para staf, terutama apabila mereka dapat
dilibatkan dalam “penyisihan gaji” dan aktivitas “penggalangan dana” atapun
suka relawan.
Manajemen
risiko
Manajemen risiko
merupakan inti dari strategi perusahaan. Reputasi yang dibentuk dengan susah
payah selama bertahun-tahun dapat musnah dalam sekejap melalui insiden seperti
skandal korupsi atau skandal lingkungan hidup. Kejadian ini dapat menarik
perhatian yang tidak diinginkan dari penguasa, pengadilan, pemerintah dan media
massa. Membentuk suatu budaya dari “mengerjakan sesuatu dengan benar” pada
perusahaan dapat mengurangi risiko ini.
Membedakan
merek
Di tengah hiruk pikuknya
pasar maka perusahaan berupaya keras untuk membuat suatu cara penjualan yang
unik sehingga dapat membedakan produknya dari para pesaingnya di benak
konsumen. CSR dapat berperan untuk menciptakan loyalitas konsumen atas dasar
nilai khusus dari etika perusahaan.
Ijin
usaha
Perusahaan selalu
berupaya agar menghindari gangguan dalam usahanya melalui perpajakan atau
peraturan. Dengan melakukan sesuatu kebenaran secara sukarela maka mereka akan
dapat meyakinkan pemerintah dan masyarakat luas bahwa mereka sangat serius
dalam memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan, diskriminasi atau
lingkungan hidup maka dengan demikian mereka dapat menghindari intervensi.
Perusahaan yang membuka usaha diluar negara asalnya dapat memastikan bahwa
mereka diterima dengan baik selaku warga perusahaan yang baik dengan
memperhatikan kesejahteraan tenaga kerja dan akibat terhadap lingkungan hidup,
sehingga dengan demikian keuntungan yang menyolok dan gaji dewan direksinya
yang sangat tinggi tidak dipersoalkan.
Motif
perselisihan bisnis
Kritik atas CSR akan
menyebabkan suatu alasan dimana akhirnya bisnis perusahaan dipersalahkan.
Contohnya, ada kepercayaan bahwa program CSR seringkali dilakukan sebagai suatu
upaya untuk mengalihkan perhatian masyarakat atas masalah etika dari bisnis
utama perseroan.
Jika perusahaan Anda memiliki kebutuhan yang berkaitan dengan 5S (Dasar dasar tentang Rapi, Bersih dan Tertata), AHP (Analytic Hierarchy Process), Audit Internal, Balanced Score, CPOB, HACCP dan GMP (Analisa Keamanan Pangan), ISO diantaranya (9001, 14001 (Manajemen Lingkungan), 14001 (Audit Internal Manajemen Lingkungan), 15489 (Manajemen Kearsipan), 17025 (Manajemen Laboratorium), 22000 (Manajemen Keamanan Pangan), ISO/TS 16949 (Manajemen Otomotif), ISO/IEC 17799:2000 (Manajemen Keamanan Informasi), Manajemen Perkantoran, MBNQA (Malcolm Baldridge National Quality Awards), SA 8000 (Manajemen Ketenagakerjaan), Six Sigma, Safety, OHSAS dan SMK3 (Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja); akan tetapi mungkin perusahaan dimana Anda bekerja memiliki budget yang terbatas, waktu yang sempit, dan berbagai kendala faktor lainnya untuk mengikuti seminar atau training dengan topik tersebut di atas yang rata-rata kisaran harganya 1,5 – 2,5 juta per orang. Maka berikut ini adalah salah satu solusi terbaik yaitu DVD KUMPULAN MATERI PRESENTASI untuk kebutuhan perusahaan Anda atau bahkan untuk Anda pribadi. Informasi selanjutnya silahkan baca di KUMPULAN MATERI PRESENTASI
BalasHapus